Jumat, 15 April 2011

PENULIS SENIOR SAMA DENGAN PENULIS YUNIOR

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata Senior dan Yunior. Kata Senior merujuk kepada mereka  yang sudah lama berkecimpung dibidangnya dan kata Yunior adalah kebalikkan  kata Senior yaitu mereka yang baru mulai menggeluti bidang tersebut, dalam tulisan ini saya gunakan kata PEMULA.
Dulu saya selalu menggangap  saya sebagai pemula, padahal saya sudah menghasilkan beberapa karya fiksi dan nonfiksi namun belum dipublikasikan.
Beruntung, kemajuan teknologi (facebook) memungkinkan saya berkomunikasi dengan beberapa penulis, sehingga saya berhasil dekat dengan mereka yang bersedia membagikan ilmu penulisan kepada saya (walaupun lebih banyak yang menghindar).
Dari perkenalan saya dengan teman yang baik ini (bermukim di DIY), saya selalu dimotivasi dan dinasehati bahwa dalam dunia penulisan tidak ada yang senior dan yunior, yang ada hanyalah punya karya atau tidak punya karya.
Akhir-akhir ini saya mulai menyadari kebenaran kata-kata teman saya itu.
Kalau dari segi usia dan lamanya berkecimpung dibidangnya tentu kata senior dan yunior berlaku. Namun jika dari segi hasil karya, belum tentu seorang yang berlabel SENIOR pasti lebih baik dari YUNIOR. Artinya, seorang PEMULA sekalipun sangat mungkin menghasilkan sebuah karya yang baik dan bisa diterima oleh pembaca, dan tidak selamanya hasil karya seorang SENIOR bisa diapresiasi oleh pembaca bahkan kemungkinan gagal pun selalu ada.
Mengapa saya berani mengatakan demikian?
Saya sudah merasakannya. Sejak novel AKU MENCINTAI PRIBUMI diluncurkan hampir tiap hari saya dapat pesan inbox dan SMS yang mengatakan bahwa mereka puas membaca novel saya dan berharap dibuatkan novel ke 2, bahkan ada teman yang mengusulkan difilmkan (walau itu hal yang sangat sulit diwujudkan untuk saat ini).
Saya bukan meremehkan teman-teman yang sudah lama berkecimpung didunia penulisan, segala hormat bagi mereka. Kalau dulu karena keterbatasan media dan informasi tentunya orang yang lebih berumur akan lebih banyak mengetahui apapun, namun saat ini dengan ketersediaan infomasi hampir semua orang bisa mengakses informasi apapun bahkan  semakin tersedianya buku-buku bekas (termasuk saya juga memanfaatkan buku murah) tentu akan semakin mudah bagi siapapun untuk mendapatkan informasi sebagai makanan bagi otaknya untuk melahirkan karya-karya baru.
Dari penjelasan di atas dapat saya simpulkan bahwa PENULIS SENIOR sama dengan PENULIS YUNIOR jadi siapapun dia judulnya adalah tetap PENULIS.
Bagi penulis yang sudah terkenal janganlah merasa HEBAT.
Bagi anda penulis yang belum terkenal, cepat atau lambat anda akan segera terkenal ini hanya masalah waktu, hari ini atau besok "Siapa tahu?".
Maaf, P B8 tidak ingin terkenal secara pribadi, P B8 lebih ingin hasil karyanya yang dikenal.
(Salam Penulis P B8 Penulis Novel Aku Mencintai Pribumi)

Selasa, 12 April 2011

FENOMENA, WABAH ATAU TEROR?

Dua minggu lalu kita dibuat kaget oleh pemberitaan di televisi yang menayangkan jutaan ulat bulu di Probolinggo, media menyebutkan ribuan namun saya menyebutnya jutaan tidak apa-apa karena kami sama-sama tidak menghitung jumlahnya.

Beberapa hari kemudian dikabarkan bahwa  ulat bulu semakin menyebar ke beberapa desa bahkan beberapa kecamatan, terakhir disebutkan ada di Bali dan Lombok.

Hari ini saya nonton di televisi ternyata ulat bulu sudah ada di Cikampek. Saya yang bermukim di Jakarta mungkin harus dengan terpaksa mengucapkan kata “Selamat Datang di Ibukota Ulat Bulu”.

Mengapa ulat-ulat bulu ini bisa semakin banyak? walaupun setiap hari kita lihat di televisi,  Dinas Pertamanan bekerja sama dengan masyarakat setempat sudah melakukan pembasmian baik dengan cairan kimia maupun dengan cara tradisional (dibakar). Hasilnya menurut saya GAGAL.

Kembali ke Judul, Fenomena, Wabah, atau Teror?

Menurut saya keadaan ini memang termasuk Fenomena karena keadaan ini tidak lazim terjadi. Wabah? Ya. Sudah pasti,  Pasalnya akibat kejadian ini masyarakat banyak yang mengalami gatal-gatal. Teror? Mungkin saja bahkan sangat mungkin, perlu kajian lebih jauh.  Pasalnya dalam kehidupan bernegara sudah pasti terjadi persaingan yang ujung-ujungnya bermuara pada ketahanan ekonomi. Mungkin anda menyangka bahwa imajinasi saya terlalu jauh dan nakal membayangkan kejadian ini sebuah teror, atau anda akan mengatakan ini bukan fiksi Bung!

Terserah anda, inilah yang saya bayangkan.

Saya tahu ini bukan fiksi, tetapi ada satu rahasia yang akan saya bocorkan kepada anda, bahwa dalam menulis fiksi banyak hal nyata yang saya masukkan dalam karya fiksi saya (Novel ).

Mari Berimaginasi.

(P B8 Penulis Novel Aku Mencintai Pribumi)

Senin, 11 April 2011

HARGA VS MUTU

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi diberbagai bidang saat ini sedikit banyak telah memperngaruhi pola pikir  kita. Sadar atau tidak sadar kita semua akan dipengaruhi oleh perkembangan itu.
sebuah iklan produk pembersih di televisi mengatakan “Bagus belum tentu mahal dan mahal belum tentu bagus”.
Tentu hal ini telah merubah pandangan kita sejak lama yang  berpedoman pada “Ada harga ada mutu”.
Jadi pendapat manakah yang benar?
Keduanya bisa benar, dan sangat dipengaruh marketing mix (bauran pemasaran) yang  diterapkan oleh perusahaan. Marketing mix secara sederhana dapat artikan sebagai kombinasi dari 4P plus (Product, Price, Place, Promotion dan Plus faktor-faktor lain yang lebih kompleks).
4P plus memang sangat sederhana dipandang dari luar, namun bukan hal yang  mudah dalam menerapkannya pada suatu produk. Penerapan marketing mix pada produk  makanan dengan produk  yang berhubungan dengan gaya hidup sangat berbeda.
Sebuah produk dengan mutu biasa, apabila dikemas dengan baik, diiklankan dengan gencar tentu akan berpengaruh positif terhadap produk tersebut. Sebaliknya produk  dengan mutu baik  dikemas biasa-biasa saja serta tanpa diiklankan maka produk tersebut umumnya tidak akan  bertahan. Disinilah umunya disebut image terhadap produk.
Sebagai konsumen, apa yang harus kita lakukan? Apakah harus mempercayai pendapat Ada Mutu Ada Harga atau Mahal belum tentu bagus?
Hal ini memang  sangat sulit diukur, semua tergantung dari pengalaman dan pengetahuan kita. Yang terpenting adalah  sebagai konsumen kita jangan mudah dipengaruhi oleh mulut manis penjual, walaupun banyak penjual yang masih jujur  namun kebanyakkan hanya mengejar kuantitas.
Jangan sungkan untuk bertanya kepada orang yang sudah pernah menggunakan produk baru yang ingin kita beli. Bersikaplah cerdas sebagai konsumen jangan mudah dikalahkan produsen.  
Semoga bermanfaat.
(P B8 penulis Novel Aku Mencintai Pribumi)

Minggu, 10 April 2011

Wooooiiiiiiiiiiiiiii !!!!!!!!


Saat Anda Di Atas Lihatlah Ke Bawah,
Agar selalu RENDAH HATI.

Saat Anda Di Bawah Lihatlah Ke Atas,
Agar Anda TERMOTIVASI.

Di atas atau Di bawah hanya beda posisi dan tak abadi

NIKMATILAH HIDUP..
BERUSAHALAH TIDAK  MERUGIKAN ORANG LAIN.

(P B8)

Sabtu, 09 April 2011

SINGKIRKAN "LOE LOE GUE GUE"

Kehidupan di kota besar seperti Jakarta memang menyenangkan. Hiburan melimpah ruah dari yang murah sampai yang super mahal, dari yang bermoral sampai yang maksiat semua tersedia dan dengan mudah diakses oleh siapapun.
Mencari uang pun terasa lebih mudah bagi orang yang mau berusaha.  Bermodalkan sebuah gitar saja seseorang tidak akan kelaparan, apalagi bermodalkan dana yang besar,  tentunya akan lebih mudah lagi.
Dari mulut ke mulutlah daya tarik  Jakarta tersebar ke seantero negeri. Setiap tahun pendatang dari berbagai daerah membanjiri Jakarta, walaupun  Pemda DKI dengan segala cara berusaha menangkal pendatang-pendatang dari luar daerah yang  ingin mengadu nasib di Jakarta. Salahsatunya  dengan melakukan operasi yustisi, agar pendatang baru benar-benar mereka yang memiliki pekerjaan dan bukan pengangguran yang akan  berpotensi melakukan kriminal di Jakarta.
Dengan demikian Jakarta menjadi berkumpulnya berbagai macam suku dari seluruh Indonesia yang umumnya tidak saling mengenal. Saya yang berasal dari pedalaman Kalimantan Barat sangat jarang berpapasan dengan teman satu daerah saat mengunjungi pusat perbelanjaan (Mall), Jangankan tidak sengaja bertemu, janjian pun kadang sama-sama tidak sempat. Memang  saya terdaftar dalam sebuah Paguyuban perkumpulan perantau dari daerah kami, namun saya  belum pernah berpartisipasi dalam acara yang mereka adakan.
Dengan demikian, Menurut saya Jakarta menjadi kota Aku dan kota Kau. Istilah kerennya “Loe Loe Gue Gue”.
Efek  dari “Loe Loe Gue Gue” ini sangat terasa dalam kehidupan sehari-hari, contoh sederhannya adalah saat berkendara di jalan raya, sesama pengemudi tidak mau saling mengalah bahkan cenderung berebutan maju walaupun hanya bisa maju 50 cm saja, mereka tidak akan memberikan celah buat kita berbelok walaupun posisi di depannya sedang macet, kadang dengan tidak beretika orang-orang akan melawan arah, parkir sembarangan di depan pintu rumah orang, bahkan ada yang  berebutan parkir, serta membunyikan klakson sekencang-kencangnya saat kendaraan di depannya sedikit terlambat maju. Masih banyak lagi kelakukan orang-orang di kota besar yang terkesan tidak beretika dan saya yang menyaksikannya setiap hari merasa muak, namun tidak bisa berbuat apa-apa.
Mengapa bisa terjadi hal seperti itu?
Banyak faktor yang bisa menyebabkan hal ini terjadi, namun menurut saya adalah faktor “Loe Loe Gue Gue” itu, bagamana tidak? Orang  tidak saling mengenal, sehingga si A tidak akan memperdulikan sikap kurang ajarnya kepada si B “Gue ngak kenal Loe”, berbeda halnya jika di kampung , yang notabene semua orang hampir saling mengenal atau setidaknya saling tahu. Si A akan merasa malu jika berbuat kurang sopan terhadap si B begitulah sebaliknya.
Dengan tulisan ini saya menghimbau kepada semua pembaca, berlakulah santun /sopan kepada siapapun walaupun anda tidak mengenalnya. Pupuklah tata krama kepada anak-anak anda sejak dini, jelaskan  bahwa sikap “Loe Loe Gue Gue” itu tidak baik.
Semoga bermanfaat

(P B8, Penulis Novel Aku Mencintai Pribumi)

Selasa, 05 April 2011

TIPS MENGHINDARI KEJARAN DEBT COLLECTOR


Akhir-akhir ini kata debt collector sedang naik daun akibat pemukulan yang telah menewaskan seorang nasabah bank besar di Jakarta, pelakunya dikabarkan berprofesi sebagai debt collector.

Mungkin kata itu sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Debt collector dapat diterjemahkan sebagai penagih hutang, orang yang pekerjaannya menagih hutang dan cenderung melakukan kekerasan fisik kepada orang yang berhutang (walaupun tidak semua demikian).

Dengan demikian ada yang perpendapat,  agar jangan berhadapan dengan debt collector maka jangan berhutang.
Memang benar  pendapat itu, namun akan menjadi salah kalau anda seorang pengusaha atau wiraswasta.
Benar kalau anda hanya mengandalkan gaji pokok untuk memenuhi  kebutuhan sehari-hari, Hidup tenang.  Dapat gaji bayar listrik, telepon, pam, televisi berbayar, internet, sekolah anak dan untuk konsumsi. Sisanya ditabung.

Jika anda menjalankan usaha sendiri akan menjadi salah pendapat di atas. Tentu sebagai pengusaha anda akan berhitung. Dengan bunga bank berkisar 11% sampai 13% pa (per annum) saat ini  anda akan berani mengambil keputusan  berhutang kepada bank  dengan perkiraan benefit sebesar 30% atau 40% dan sebagai pengusaha anda sudah bisa bayangkan selisih hasil dengan biaya bunga akan menjadi keuntungan anda (asumsi kasar).

Bagaimana jika tidak mampu membayar hutang?

Saya yakin itu bukan keinginan kita saat pertama kali meminjam uang ke bank (kecuali memang sudah direncanakan  sejak awal dibuat kredit  macet).  Jika memang tidak mampu membayar sebaiknya tidak perlu lari  atau kabur atau menghilang karena akan menyebabkan nama anda masuk daftar hitam (Black list) di Bank Indonesia dan anda akan kesulitan berhubungan dengan kredit perbankan (waspadalah). Ingat, hidup masih panjang. Bersikaplah jantan, temuai bank tempat anda berhutang utarakan semua ketidakmampuan anda, saya yakin bank akan menghargai itikat baik anda  dan akan memberikan solusi yang sama-sama menguntungkan entah melelang agunan (jika awal akad kredit anda menggunakan agunan) atau menjadwal ulang hutang anda. Teman saya yang bekerja disebuah bank pernah berkata “Dari pada hutang nasabah diposting hutang tak tertagih, lebih baik dijadwal ulang” jika hal ini anda lakukan, tentu anda tidak akan berhadapan dengan debt collector yang umumnya berpenampilan kasar terhadap orang lain kecuali kepada anak istrinya di rumah.

Berhutanglah jika memang bermanfaat dan produktif.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

(Salam hangat P B8)

Jumat, 01 April 2011

EVOLUSI DAN NUKLIR JEPANG


Sejak ledakkan nuklir di fukushima akibat gempa yang disertai tsunami, media asing  tidak henti-hentinya menayangkan pencemaran radioaktif baik di udara maupun di air. Kemarin di running text media lokal melansir bahwa radioaktif sudah terdeteksi di perairan malaysia, bahkan hari ini diberitakan bahwa di udara  Amerika sudah terdeteksi.
Bagaimana dengan Indonesia? Saya tidak tahu, dan berharap tidak terjadi walaupun hal ini mungkin saja terjadi.
Hari ke dua Ledakkan reaktor nuklir di Jepang, saya sempat menulis status berdasarkan pesan peringatan nuklir dalam air hujan yang oleh beberapa teman dianggap sebagai hoax atau pesan sampah walaupun demikian saya tetap khawatir. Sekarang mungkin kita pelan-pelan akan mulai ketakutan. Jangan-jangan radioaktif yang mematikan akan sampai ke Indonesia.
Dalam tulisan ini saya bukan mau membahas  paparan radioaktif. Disini saya hanya berimajinasi layaknya seorang yang suka menulis fiksi, imajinasi nakal saya diperoleh saat saya coba membaca sebuah buku yang terselib dirak buku saya, karya Charles Robert Darwin pencetus teori Evolusi  berdasarkan  seleksi alam dan adaptasi. 
Evolusi adalah mata pelajaran yang paling saya sukai ketika masih SMA di kampung.  Sampai saya datang ke Jakarta tidak henti-hentinya  mencari buku Darwin The Origins of Spesies dan baru saya dapat tahun 2002. Dalam buku tersebut diartikan bahwa evolusi adalah proses perubahan makluk hidup dari sederhana menuju ke arah lebih sempurna karena faktor lingkungan.
Kembali ke bencana Nuklir Jepang  jika dikaitkan dengan teori evolusi. Saya membayangkan binatang-binatang yang ada diperairan sekitar reaktor nuklir yang bocor  pasti sedang berjuang mempertahankan hidup dan tentunya banyak juga yang mati.
Masih berdasarkan teori  evolusi juga. Binatang atau makluk hidup laut tersebut akan coba beradaptasi melawan perubahan lingkungan, lambat laun makluk yang kuat akan bermutasi menjadi makluk yang lebih kuat terhadap radiasi bahkan mungkin akan berevolusi menjadi makluk raksasa seperti film Godzilla yang cukup terkenal belasan tahun yang lalu.

Mungkinkah akan keluar Godzilla sungguhan? Atau memang saat ini sedang terjadi mutasi gen akibat nuklir yang merubah bentuk fisik makluk yang terkena radiasi?

Atau, inikah saatnya saya mulai menulis sebuah  novel FIKSI ILMIAH yang selama ini saya impikan?

Marilah kita kembangkan imajinasi kita, dari pada harus pusing memikirkan Gedung DPR mewah.



(Salam Hangat dari P B8)