Selasa, 18 Januari 2011

GAYUS BUKAN MAFIA

Sebelumnya saya tegaskan dulu Gayus mana yang saya maksud dalam tulisan ini, karena banyak nama Gayus (diantaranya anggota DPR yang terhormat yang beberapa waktu lalu sempat bersitegang dengan Ruhut Sitompul dalam penuntasan kasus Bank Century yang belum tuntas, atau Gayus tukang tambal ban langganan saya dan masih banyak lagi Gayus lain). Gayus yang saya maksud disini adalah pegawai pajak yang tiba-tiba terkenal berkat kekayaannya yang melimpah dengan cara korupsi, Gayus yang dipenjara sambil menunggu sidang, Gayus yang sedang di penjara namun masih bebas berkeliaran ke Malaysia, Singapura, Makau bahkan masih sempat nonton pertandingan tenis internasional di Bali. Hebat.
Hampir semua media massa baik elektronik maupun cetak menuliskan kata “Mafia Pajak” saat memberitakan Gayus. Setiap membaca atau mendengar kata “Mafia” ingatan saya selalu tertuju pada para Don (Pentolan Mafia) Joe Bonanno, Vito Genevese, Carlo Gambino, Joe Profaci, atau Joe Massimo.
Karena saya sangat menyukai filosofi mereka yang setia kawan (Omerta: tutup mulut) dan menghargai wanita, maka saya selalu tertarik dengan tulisan maupun buku yang berbau Mafia, tentunya hal-hal lain berupa kekerasan dan balas dendam (Vendetta) yang mereka lakukan tidak saya sukai.
Kata “Mafia” sebenarnya tidak memiliki pengertian baku. Banyak versi dalam litertur yang coba menjelaskan arti kata ini. Salah satunya adalah: Saat pendudukkan tentara Perancis tahun 1282 di pulau Sisilia (Pusat Markas Mafia, tingkat keamanannya konon melebihi Pentagon) terjadi malapetaka pada keluarga petani di Sisilia dimana, seorang gadis diperkosa (maaf) dan dibunuh oleh tentara Perancis, sang ibu melihat kejadian dan tidak berdaya membantu, sang ibu hanya bisa berteriak “ Ma Fia, Ma Fia, Ma fia,” yang artinya “Putri ku.”
Sejak saat itu. Pemuda-pemuda di Sisislia membentuk kelompok untuk melakukan balas dendam atau dalam bahasa Italia “Vendetta,” dan kelompok ini membuat sumpah agar sesama anggota kelompok yang umumnya masih ada hubungan keluarga untuk tutup mulut yang dikenal dengan kesetiaan tutup mulut “Omerta.” Di sinilah asal kata Mafia. Ini adalah salah satu legenda yang belum jelas kebenarannya. Ada lagi yang mengatakan Mafia adalah singkatan dari kata “Morte Alla Fransia Italia Anela” yang artinya Maut ditangan Prancis, tangis Italia.
Hampir semua jurnalis setuju bahwa kata “Mafia” adalah milik organisasi kejahatan asal Pulau Sisilia (Italia).
Selain Mafia Sisilia, Italia juga memiliki ‘Ndragheta, Commora, Sacra Corona Unita. Namun yang paling terkenal adalah Mafia Sisilia dan di Amerika juga sering disebut La costra nostra.
Selain di Italia, masih banyak lagi organisasi-organisasi kejahatan yang lain, diantaranya: Kartel Medelin dan Kartel Cali di Colombia. Di Rusia kita kenal Vory V Zakone. Di China/Hongkong/Taiwan ada Tong dan Triad, Triad yang paling terkenal (!4k, Chiu Chow, dan Kung lou). Sedangkan di Jepang sangat terkenal dengan Yakuza.
Untuk menjadi anggota sebuah organisasi bukan hal yang mudah. Ada yang mensyaratkan hubungan darah persaudaraan, kekeluargaan melalui perkawinana, suku yang sama, serta kesetiaannya di uji (konon, ujiannya adalah dengan melakukan pembunuhan).
Setelah saya menuliskan secara singkat organisasi-organisasi dunia hitam. Apakah anda masih menganggap Gayus sebagai “Mafia” Pajak.
Tentu banyak yang mengatakan inikan hanya masalah bahasa.
Benar ini masalah bahasa, tetapi apakah kita kehabisan bahasa yang lebih Indonesia untuk menggambarkan kelakuan koruptor serta penjahat-penjahat lain.
Sebenarnya sudah ada kata untuk kejahatan-kejahatan tertentu misalnya “Bajing Loncat” pelaku pencurian yang sering terjadi pada teman saya supir truk sembako.
Apakah Gayus seorang Mafia?
Bukan!
Lantas disebut apa?
Terserah anda.....
(P B8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar