Minggu, 10 Oktober 2010

DON CUAN, SANG PERAYU


Mulutnya setajam silet
Kata-katanya seindah pujangga
Mimik wajahnya bagaikan bunglon
Saat anda lengah anda jadi mangsa
Kemampuan inilah, saya beri julukan DON CUAN
            DON, saat mendengar atau membaca kata DON, saya selalu teringat dengan sang Godfather asal ITALIA yang oleh teman-temannya dekatnya dianggap sebagai SANG PENGAYOM, siapa dia?
Betul jawaban anda!,
bukan lain adalah DON VITO CORLEONE, saat ini saya tidak ingin menulis tentang beliau karena saya tidak punya pengetahuan tentang dunia mereka seperti MARIO PUSO, saya hanya tahu sedikit saja dan mengagumi tokohnya, serta mengagumi filosofi mereka yang dikenal dengan “Omerta”
DON secara bebas diartikan sebagai orang yang hebat (walaupun menurut anda bukan, silahkan saja)
Lalu bagaimana denga kata CUAN?
Penulis ini sembrono? Asal tulis, tidak tahu apa-apa berani menulis, sok ingin jadi Penulis. (Kumaha atuh?)
Yang benarnya mah DON JUAN, tokoh Fiksi asal Spanyol hehehehe, yang dikenal sebagi SANG PERAYU.
“Ssssttttt, jangan asal nuduh ya, Baca dulu isinya heheheh.........”

            Di dalam sebuah toko elektronik yang sangat besar tersusun rapi deretan elektronik terdiri dari televisi berbagai ukuran dari yang 14 inci sampai 34 inci, hi fi compo, pemutar piringan DVD, mesin cuci, serta lemari pendingin berbagai ukuran baik yang satu pintu maupun yang dua pintu.
            Seorang ibu di temani oleh anak gadisnya sebut saja sang anak, sedang melihat kearah deretan televisi, nampak di sampingnya seorang pelayan toko mungkin bernama Anto, dengan wajah tersenyum ramah mengikuti arah langkah sang ibu dan gadisnya.
“Ibu cari televisi berapa inci?” tanya Anto dengan ramah
“Lihat-lihat dulu dek” jawab sang ibu
“Silahkan bu, lihat-lihat tak perlu bayar bertanya juga gratis” ujar Anto sambil tersenyum ramah. Sok akrab.
“Televisi 29 inci merek Patent berapa mas?” tanya sang anak
“Murah neng” jawab Anto tak pernah hilang senyum dari wajahnya yang bulat
“Berapa mas?” tanya sang anak lagi
“Sekitar Rp. 2.600.000”
“Loh, kok lebih mahal dari supermarket besar?” ujar sang anak terlihat kaget
“Ngak mungkin neng, saya berani jamin pasti lebih murah asal typenya sama” Jawab anto tak mau kalah
“Benar mas di supermarket besar hanya RP. 2.550.000, tadi saya baru cek sama ibu saya” kata sang anak, sambil mengeluarkan catatan di handphonenya yang diperlihatkan kepada Anto.
Anto melihat handphone sang anak, lalu dengan santai menjawab “Oh, itu sih mereka belum sama antena neng, kalau disini saya udah plus antena dan kabel 15 meter yang harganya sekitar Rp. 150.000”
Sang Ibu dan sang anak mengangguk-angguk membenarkan jawaban Anto.
“Ibu, karena ibu sudah menjadi langganan saya, saya mau tunjukan hasil gambar televisi merek baru yang sudah sangat terkenal di Korea dan di bandingkan merek Paten yang mau ibu beli, ibu bisa bandingkan gambar kedua televisi itu”
Anto mempersilahkan sang Ibu dan Mirna duduk, dan tak lupa menyediakan dua gelas air mineral, kemudian Anto tampak sibuk menancapkan colokan antena pada kedu televisi itu yang hendak di perbandingkan hasil gambarnya. Tak lama kemudian kedua  televisi itu dinyalakan.
“Ibu merek kedua televisi ini saya tutup” kata Anto sambil menunjuk ke arah emblem merek yang memang sudah tertutup lem kertas.
“Kenapa ditutup mas?” tanya sang anak
“Ngak apa-apa neng, Cuma buat perbandingan  aja” jawab Anto
“Maksudnya?” tanya sang ibu
“Bu, salah satu dari televisi ini adalah merek Korea dan yang satunya merek patent yang ibu ingin beli tadi, ibu dan neng coba bandingkan kedua televisi ini gambanya mana yang lebih bagus dan lebih tajam?”
Sang ibu dan sang anak saling memandang, kemudian seperti di komando dua-duanya menunjuk televisi sebelah kanan.
“Benar bu, yang kanan memang lebih bagus gambarnya” kata pelayan toko
Kemudian pelayan toko melepaskan kertas penutup
“Ini yang gambarnya bagus merek Korea dan merek X “Paten” agak buram kan bu?” kata Anto
“Ia mas, yang bagus gambarnya berapa?” tanya sang Ibu
“Itu murah bu, hanya 2,2 sudah berikut antena garansi 1 tahun, 3 bulan rusak saya gantikan dengan yang  baru” kata Anto seolah-olah kata-katanya sudah dihafal luar kepala
“Bagus ngak mereknya?” tanya sang ibu masih penasaran
“Merek ini kalau di Korea paling terkenal, di Indonesia kalau sudah diiklankan masuk TV saya yakin harganya ga akan dapat segitu”
“Garansinya dimana?” tanya sang anak
Anto kemudian mengambil kartu garansi, dan ditunjukkan kepada anak dan ibu calon pelanggannya
“Tiga bulan kalau ada masalah saya tukarkan dengan yang baru, selanjutnya di service center yang ada pada kartu garansi” kata Anto
“Dua juta ya?” kata sang Ibu
“Belum bisa bu?” kata Anto sambil mengernyitkan dahi
“Dua juta aja mas? Kata sang anak ikut menawar
‘Belum bisa neng” kata Anto sambil mengambil kalkulator dan melihat-lihat isi map “paling bisa saya kurang 25” lanjutnya
“Dikit amat” kata sang anak
“Ibu jujur aja, saya hanya ambil 50 ribu lho” kata Anto sambil tersenyum “sedangkan ibu bisa pake ini TV bertahun-tahun”
Sang anak berbisik kepada sang ibu
“Dua juta seratus ya?” tanya sang ibu
“Kalau segitu saya nombok bu, terus terang modalnya 2,150.000 lho bu, kalau begitu saya minta lebihnya 10.000 aja deh buat makan siang jadi 2.160.000”
“Dua satu lima puluh aja” kata sang ibu yang tahu, tidak mungkin Anto jujur soal modal
“Ibu masak tega 10rb aja ga mau ngasi” kata Anto dengan wajah memelas
“Ya udah, tapi garansi 3 bulan ya” kata sang ibu
“Siap bu, tukar disini aja, 3 bulan lebih juga ga apa-apa khusus buat ibu” kata Anto sambil memasukkan televisi merek Koreanya versinya ke dalam kotak.
Sebenarnya yang dimaksud dengan merek Korea oleh Anto adalah televisi merek China. Kenapa tidak mengatakan merek China? Karena Brand image produk China kalah pamor dibanding produk Korea, walaupun sebetulnya masih sangat banyak produk China dengan mutu yang sangat baik..
Mengapa saat dilakukan perbadingan, merek Patent bisa lebih jelek dibanding dengan merek China?
Jawabannya sangat mudah: Orang awam pun bisa melakukan setting contras atau ketajaman gambar pada televisi, dan ada satu lagi yang mungkin tidak diketahui oleh banyak orang adalah kualitas kabel antena dan antena bisa mempengaruhi kualitas gambar. Bisa saja televisi merek China dipasang dengan Booster (penguat) signal sedangkan televisi paten hanya antena biasa.
Mengapa ada orang yang lebih ingin menjual produk dengan merek tertentu? Bukankah yang penting laku, mau merek patent atau China yang penting televisi terjual apa bedanya?
Jawabnya:
“PROFIT – KEUNTUNGAN- CUAN (versi Pelaku Bisnis)”
Bukankah sudah dapat Profit atau Cuan? Jika ada yang laku.
Memang sama-sama dapat Cuan, tetapi jika menjual produk merek “patent” tentu harganya tidak bisa di atas harga yang sudah terpampang jelas di supermarket besar, karena umumnya pembeli sudah melakukan survey ke supermarket besar. Sedangkan untuk produk dengan merek China umumnya tidak tersedia di supermarket besar dan Cuan nya bisa lebih besar alias lebih banyak CUAN.
Masih menganggap penulis asal tulis???
Semoga tidak, atau memang dari awal tidak menyalahkan Judul.

SEMOGA TULISAN INI BISA BERMANFAAT, DAN KITA BISA LEBIH CERDAS SEBAGAI KONSUMEN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar