Kamis, 21 Oktober 2010

SENIOR DILAWAN !


Waktu kuliah, setiap hari saya memanfaatkan bus kota dari terminal Pulo Gadung menuju kampus, berdiri berdesakan sudah menjadi kegiatan ku sehari-hari, bus kota di cegat sekelompok anak sekolah bahkan aksi copet di atas bus juga bukan hal aneh lagi, apalagi teriakan kondektur yang memerintahkan penumpang “masuk, masuk, rapat, rapat, rapat” dengan logat khasnya sudah sangat ku hafal.

Sejak lulus kuliah, aku sudah jarang memanfaatkan bus kota, karena tempat tinggalku juga aku manfaat untuk mencari uang sehingga boleh dikatakan aku sangat jarang menggunakan kendaraan umum, dan kebetulan aku juga sudah bisa membeli kendaraan pribadi (walaupun mobil bekas, tapi aku bersyukur hehehe)

Yang namanya tinggal di kota besar, tentunya sekali-sekali kita pasti masih membutuhkan bus kota, kali ini aku harus naik bus kota lagi, kebetulan ada urusan ke daerah Senen aku tidak berani mengendarai mobil sendiri karena sejak pagi, hujan cukup deras, dari berita yang saya dapat di radio ternyata cempaka putih sedikit tergenang, agar tidak mogok sebaiknya aku naik bus.

Aku duduk di samping bus dekat supir, tepatnya diatas kap mesin, tempat favoritku saat menjadi langganan bus (memang agak panas) tetapi aman dari copet. Bus berjalan agak pelan mungkin sambil menunggu penumpang.
“Pak gimana hasil tarikan sekarang?” tanya ku sok akrab
“Sekarang susah” jawab supir sambil geleng-gelang kepala
“Ia pak, memang zaman lagi susah” kata saya
“Beda Pak, zaman  dulu lebih enak cari uang” kata Supir sambil mengeringkan keringat diwajahnya dengan handuk putih yang sudah berubah menjadi coklat (jarang di cuci)
“Saya tidak tahu pak, zaman dulu yang cari uang orang tua saya, saya hanya dapat jatah kiriman saja” jawab saya sambil tersenyum
“Bapak bisa aja” katanya “Tapi benar pak, sekarang nyari uang jadi supir memang agak sulit” lanjutnya
“Pak mungkin akibat mudah nya membeli sepeda motor saat ini, jadi yang naik bus beralih ke sepeda motor” jawab ku
Supir hanya mengangguk-angguk saja, kemudian menekan pedal gas semakin kencang sehingga suara mesin menggelegas sambil menyalakan klakson.
Saya juga terkejut dengan tindakan supir yang tiba-tiba menjadi sangat beringas, saya melihat ke depan, ternyata sekelompok anak sekolah yang tadinya telah mencegat bus berhamburan semua menghindari bus kota yang saya tumpangi.
Setelah melewati sekelompok anak sekolah tadi supir kemudian berkata “Senior dilawan”
Nampaknya supir sangat puas dengan tindakannya yang berhasil membuat anak sekolah lari kocar kacir semua.
“Maksudnya apa pak? Tanya saya
“Dulu waktu SMA, kelakuan saya juga seperti mereka mencegat bus kota, berarti saya senior mereka kan?
“Ia, ia, ia Pak, saya paham” kata saya sambil tertawa
“Senior di lawan” ulang sang supir
Akhirnya bus tiba di terminal Senen dan saya pun turun, sepanjang jalan saya tertawa sendiri saat ingat kelakuan supir tadi.


PB 8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar