Senin, 27 September 2010

CERITA SANDAL SEBELAH (UNTUK BAYAR HUTANG)


          Dari judul di atas, terdapat kata yang agak menggelitik dan membuat orang penasaran. Sandal, bayar, hutang (penulisnya kehabisan judul kali hehehe)

         “Emang berapa besar hutangnya? sehingga bisa dibayar /dilunasi  hanya dengan sandal sebelah atau seberapa miskin (maaf) seseorang, sehingga harus terpaksa membayarnya dengan sandal sebelah, lantas bagaimana dengan sandal yang sebelahnya lagi?”

          Hutang disini, menurut saya adalah komitmen seseorang untuk menyanggupi melaksanakan sesuatu kepada orang lain, walaupun pengertian yang lebih luas umumnya menyangkut masalah uang alias fulus (pernah dengar orang hutang DOA? Saya pernah dengar Hutang Doa Cerita selanjutnya)

          Kembali ke inti tulisan ini, yaitu  sandal dan bayar hutang.
Alkisah, beberapa waktu yang lalu, saat saya dan teman-teman menghadiri suatu acara (karena kami semua belajar ekonomi, lagi-lagi EFISIENSI selalu menjadi acuan kami) ada beberapa teman yang ikut bersama dalam mobil saya,Bpk  B, Nona H, Nona N, Ny R dan anaknya si K (wajahnya copy-paste Ny R, benar ini bukan dusta).

          Saat turun dari mobil, ternyata sandal si K tertinggal dalam mobil. Nona H menghubungi Ny R tentu dengan telepon selluler (bukan telepati, saya yakin mereka belum bisa telepati, saya pun tidak bisa hehehe)
“R, sandal anak mu ketinggalan di mobil” kata Nona H dengan logat Jawa yang kental, walaupun sudah lama tinggal di Jakarta tetap saja logatnya asli Jawa (saya bersyukur berteman dengan siapapun dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai pulau Rote, maaf BIG BOSS, sy kutip syair lagu kampanyenya hehehe)

         “Titip saja di mobil Y” kira-kira jawaban Ny R (karena saya tidak bisa dengar suara Ny R jadi saya kira-kira saja)
         “Titip di mobil lo” kata nona H
         “Ok” jawab saya singkat (untung saya belum berkeluarga, kalau ada istri tentu akan curiga, jangan-jangan punya anak “haram” yang sandalnya ketinggalan. Lebayyyyyyyy)

          Sampai dirumah, saya lihat ada sandal bergambar Upin dan Ipin warna Biru kecil dan lucu. Timbul niat saya untuk memiliki sandal itu dan akan digantungkan dibawah kaca spion kabin, wah tak mungkin dan tak boleh itukan milik si K. Kemudian sandal saya taruh di bawah jok mobil.

          Hari-berganti menjadi minggu, mobil saya mulai kotor dan saya memang malas mencuci mobil sendiri, saya memanfaatkan jasa “Car Washing” dekat rumah yang menjadi langganan saya.
Saat tukang cuci mobil yang bernama Joni menurunkan karpet, ternyata sandal si K ikut diturunkan dan saya melihat Joni mencari-cari sesuatu di bawah jok yang lain dan kembali ke jok sebelahnya lagi.

        “Pak sandal yang satunya lagi mana? Teriak Joni
Melihat sandal si K, saya sudah menyiapkan jawaban yang Enak Didengar dan Perlu (kalo Tempo: Enak Dibaca dan Perlu: If you wanna be a marketer, you should knew every Positioning in marketing jungle. Benar ga sih bahasanya hahahahah)
         “Yang satunya nempel di kaki si K” jawab saya sambil menahan tawa
         “Ha” kata Joni sambil menggambil sandal biru kecil itu dan coba diraba-raba “Tidak lengket pak” lanjutnya
          “Benar Jon, ada lem nya” kata saya masih sambil menahan tawa
Entah Joni tidak mengerti atau tidak perduli
          “Dicuci juga pak sandalnya?” tanya Joni masih dengan wajah penasaran dan sekali lagi mengelus-elus sandal si K
          “Ia, dicuci biar lemnya ilang” jawab saya

           Pelanggan lain yang menyaksikan perbincangan saya dengan Joni hampir semuanya tertawa dan senang mendapat hiburan gratis. Setelah selesai mencuci sandal si K, Joni masih penasaran dengan lem yang ada pada sandal itu dan sekali lagi diteliti dengan serius. (maaf ya Joni)

Cuci mobil berikutnya.
           Karena saya sering memberi tips kepada Joni (walaupun sedikit tapi saya iklas), setiap saya datang pasti Joni yang melayani saya, dan saya juga suka dengan hasil kerjanya. Kali ini berbeda, Joni tidak bertanya lagi apakah sandal si K di cuci atau tidak. Joni langsung mencucinya dan tidak lupa mengelus-elus sandal si K untuk memastikan lemnya sudah hilang. Beberapa kali menyaksikan tindakan Joni, timbul rasa iba dalam hati saya kepada Joni (maaf sepertinya Joni memang tidak mengenyam pendidikan dan agak kurang), akhirnya sandal si K saya masukkan dalam plastik hitam dan saya simpan di rumah.

          Sebernarnya cerita ini masih bisa dilanjutkan, tetapi karena kebetulan ada ide yang lewat, saya mau mengetik dulu.............hehehehe

Cerita ini untuk melunasi hutang saya kepada Ny R untuk dibuatkan cerpen. LUNAS YA Ny R. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar