Senin, 27 September 2010

SIMULASI PINDAH IBUKOTA

Membaca judul ini, sebagian orang tentu langsung berkomentar negatif
Gila, berapa biaya yang diperlukan untuk sebuah simulasi? Pindah ibu kota lagi.
Apa ngak lebih baik dananya untuk Study kelayakan?
                Ada juga yang bertanya, Apa itu simulasi?
Simulasi menurut pemahaman saya dapat disederhanakan menjadi “mengkondisikan suatu keadaan seolah-oleh “<span>mirip</span>” keadaan sebenarnya” mungkin masih banyak pendapat lain dengan kata-kata yang lebih indah atau lebih baku. Namun intinya adalah  seperti yang saya garis bawahi  kata “Mirip” sebenarnya (Mirip disini berbeda dengan head line surat kabar beberapa waktu “Mirip Ariel, Mirip Cut Tari atau Mirip Luna Maya J)
                Kembali ke judul “Simulasi Pindah Ibu Kota”
Ternyata selama hampir dua minggu libur Lebaran, secara tidak sengaja kilta telah melakukan simulasi pindah ibu kota, kita yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya merasakan perubahan yang sangat drastis.
Jalanan sepi, lalu lintas lancar, tidak ada kemacetan bus kota serta angkot pun  terlihat teratur. “saya mengendarai mobil dari Bekasi menuju Glodok (China Town  di Jakarta) hanya butuh waktu 20 menit itu pun dengan kecepatan sedang-sedang saja, hal yang hampir tidak pernah terjadi sebelumnya dengan waktu sesingkat itu (biasanya 1 jam 30 menit), benar-benar nyaman.
Sebagian penduduk Jakarta senang dengan keadaan ini. Jakarta lebih teratur dan udara lebih bersih.
Apakah semua orang menyukai keadaan ini? Tentu tidak.
Yang tidak menyukai keadaan ini, diantaranya adalah para pengusaha disektor Retailer (pengecer) yang termasuk saya di dalam nya. Hhmmmm.
Mengapa tidak menyukai keadaan ini?
Jakarta sepi artinya jumlah penduduk berkurang, jumlah penduduk sama artinya dengan konsumen Potensial, konsumen Potensial berkurang, sedikit banyak (mungkn banyak) tentu akan mempengaruhi konsumen Aktual dengan kata yang sederhana dikalangan Retailer “Lagi Sepi”.
Apakah sektor lain  terpengaruh? Secara kasat mata tentu, namun yang saya alami adalah sektor retailer.
Apakah masih ingin Ibu Kota dipindah???
Secara Ekonomi, saya Tidak Ingin, tetapi disisi lain saya  ingin merasakan terjadi hal-hal yang sensasional yang mungkin akan saya ceritakan kepada cucu saya kelak, bahwa saya pernah menyaksikan sejarah perpindahan Ibu Kota, bahkan pernah ambil ancang-ancang untuk
membeli tanah di Ibu Kota yang baru.





(Oleh : PB 8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar